Jumat, 02 Juli 2010

Berhentilah Mengeluh Kawan karena Hidup itu Indah...

Seorang spesialis jiwa sekaligus guru yang shaleh pernah bertanya,"kalau sedang sakit apa yang anda ingat?sakitkah atau sehat?"..pertanyaan itu juga sering dilontarkan kepada pasien dan keluarga pasien...

Banyak dari kita yang sering sekali mengeluh. Sekedar mengatakan aduh atau selalu merasa lemah. Setiap ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman seperti ujian, kesulitan ekonomi, masalah keluarga atau masalah lainnya sering kali mengundang kata "aduh!" tapi sadarkah kita? ternyata kata dan keluhan itu tidak akan meringankan masalah. bahkan apa yang kita keluhkan terus mener hanya akan membuat masalah itu semakin terasa berat. Lelah merupakan suatu fitrah manusia. memang berkata aduh ataupun sesekali mengeluh dan merasa lelah adalah hal yang wajar. tapi kita tidak boleh larut dalam hal itu.

jadi apa yang harus kita lakukan?..

pertama, berhentilah mengeluh dan berkata aduh.

kedua, yakinlah bahwa diri kita adalah orang terbaik yang bisa melewati cobaan dan ujian. bukankah Allah tidak akan memberikan cobaan melampaui kemampuan hambaNya?kalo Allah memberikan cobaan pasti Allah udah mengukur dengan kemampuan diri kita. so, don't underestimate yourself!!!!

ketiga, keluar dari zona nyaman! karena tidak selamanya kita bisa mendapatkan apa yang kita mau, tidak selamanya orang-orang yang kita sayangi bisa menjadi mengeluarkan kita dari masalah kita. hidup itu adalah ujian, dan suatu saat kita pasti harus memecahkan masalah kita sendiri. bukankah ujian membuat kita semakin dewasa?ujian adalah cara Allah membentuk kita menjadi pribadi yg lebih indah.

keempat, jika kamu merasa sangat lelah dan tidak bisa memecahkan masalah yang ada, maka serahkan semua ke Allah dalam sujud dan doa-doa panjang. ikhlaskan semua..karena Allahlah yg memberikan ujian. maka Dialah yang paling tau jalan keluarnya.

kelima, bersyukurlah karena begitu banayk kenikamatan yg diberikanNya untuk kita...keimanan yang baik adalah keimanan orang-orang yang selalu bersyukur walaupun dlm keadaan sempit.

Nah, sekarang apa jawaban dari pertanyaan guru shaleh itu?...jawabannya adalah..teruslah berpikir sehat, berpikirlah ke allah yg menyembuhkan dn memberikan sehat...dan terbukti..hati menjadi tenang. bukankah Allah sesuai prasangka hambaNya?

SEORANG BAPAK DENGAN TATO DO'A IBU

Pagi ini kelompokku berjanji akan bimbingan dengan dr. Fitri jam 07.00 wibb, ada 2 VeR yang harus direvisi sebelum diserahkan ke Polisi. Dua VeR itu berisikan kasus kematian seorang laki-laki yang menabrak angkot ketika mengendarai sepeda motor dalam keadaan mabuk, dan seorang wanita paruh baya yang ditemukan mati di dalam sumur di rumah selingkuhannya. Dua kasus yang berbeda dan mengundang perasaan yang berbeda pula.
Di pertengahan bimbingan, tiba-tiba Pak Surahman masuk,
”Dok, ada mayat yang harus diperiksa luar, kalo bisa dikerjakan sekarang dok biar ga busuk.” Katanya dari depan ruangan dokter
“Kalo udah diperiksa, bisa dimandikan dan dimasukkan ke kulkas, karena mayatnya tidak dikenal” lanjutnya lagi.
“Muhun, Pak” jawab dr. Fitri dengan logat sundanya
“Kalo bisa sekarang tolong hubungi teman-temannya atuh...” kata Pak Surahman pada kami, karena memang kami para ko-ass di bagian forensik inilah yang harus melakukan pemeriksaan luar ataupun pemeriksaan dalam alias otopsi atau bedah mayat.
“Iya, Pak” Jawabku.
Sambil teman-teman yang berdatangan, kami tetap bimbingan dengan dr. Fitri karena sekarang posisi kami memang hanya sebagai observer alias OB, jadi ga perlu buru-buru untuk mempersiapkan diri.
Suara di luar ruangan terdengar mulai ramai. Teman-teman ko-ass yang lain mulai berdatangan dan sibuk dengan sarung tangannya. Ternyata ada dua mayat yang harus diperiksa, selain mayat gelandangan yang tidak dikenal tadi, ada satu mayat akibat kecelakaan kereta api. Tapi alhamdulillah, kedua mayat itu hanya perlu pemeriksaan luar saja tanpa pemeriksaan dalam.
“Kita PL dulu ya, nanti revisinya kita lanjutkan lagi.” Kata dr. Fitri yang mengisyaratkan kami untuk bergabung dengan teman-teman lain yang sedang melakukan Pemeriksaan Luar di ruang otopsi.
Aku masuk ke ruang otopsi lengkap dengan atribut praktikku, di dalam terlihat dua mayat yang sudah terbujur dan pasrah pada tindakan pemeriksaan yang dilakukan oleh kami-kami para dokter muda. Hatiku rasanya perih ketika mataku tertuju pada mayat seorang yang katanya gelandangan, berumur sekitar empat puluh tahunan, dengan tangan kanan buntung. Temanku bilang bahwa ditemukan plastik di dalam kantong celananya. Duh...rasanya hati ini sedih nian....seorang pria yang mungkin seusia dengan ayahku sendiri, yang hidup tanpa rumah, dan meninggal pun tidak jelas. Tak ada satu orang pun yang mengaku keluarga, lalu siapa yang akan mengurusi pemakamannya? Siapa yang akan mendoakannya? Terngiang olehku kata-kata Pak Surahman ”Kalo udah dimandikan mau dimasukkan ke kulkas...” Ini berarti bisa jadi mayat bapak tua ini akan dijadikan pelajaran buat kami-kami di fakultas kedokteran. Semoga kalaupun terjadi yang demikian, bisa menjadi amal jariah buat almarhum di alam sana...amin...
Kali ini kenyataan yang ada kembali membuatku bersyukur, betapa banyak nikmat dunia yang bisa kurasakan, bahkan mungkin tak merasa kekurangan. Sangat berbeda dengan bapak itu. Air mataku tertahan di pelupuk mata, dadaku rasanya bergetar pilu, dalam hati kupajatkan doa untuknya, seorang lelaki tua dengan tangan kanan buntung, dan di lengan atas kiri bertatokan ”doa ibu”. Mungkin hati kecilnya sangat berharap akan itu...

Kamis, 24 Juni 2010

Lelaki Dalam Hidupku (I)

Dalam setiap hembus nafas

Di setiap detik yang kulalui

Kucoba untuk melangkah gagah

Seolah bisa kuarungi seluruh dunia sendiri dengan diriku

Hingga aku tampak seperti seorang perempuan tanpa penat yang tak takut sendiri

Itu mungkin yang mereka pikir.

Tapi siapa tau hatiku?siapa bisa baca pikirku?

Aku tetap dengan fitrah, karunia Allah padaku

Sama seperti yang lain…

Yang membutuhkan kebutuhan manusiawi

Ada kalanya aku lelah berdiri sendiri

Selalu berusaha tangguh untuk lalui hari

Dulu…ada seorang lelaki yang mencurahkan kasihnya sepenuh hati padaku

Tak akan dibiarkannya sedikitpun kulitku tergores

Atau terkena panggilan iseng yang menyapa

Tak pernah..

Ia adalah belahan jiwaku

Tak pernah kulihat raut marah untukku, atau hentakkan kesal dari mulutnya

Karena baginya aku adalah kebanggaan

Cinta dan bayi kecil yang selalu harus dilindungi

Dan semuanya membuatku nyaman…

Semua itu membuatku merasa kokoh dengan kasih yang penuh

Hatiku tak pernah merasa sendiri

Dan aku tak perlu harus selalu bersikap gagah dan tangguh

Karena masih ada tempatku bermanja

Hingga suatu hari belahan hatiku itu harus pergi

Lelaki yang punya aku dan ku punya

Lelaki yang ku panggil papa tempatku bermanja

Dia pergi meninggalkan hatiku yang rapuh kala itu

Tapi perlahan membuatku mengerti arti hidup

Dan terbiasa harus berjalan gagah

Walau terkadang aku merasa lelah dan ingin bersandar pada bahu yang kokoh

Dan aku masih berjalan

Karena aku masih mempunyai keyakinan bahwa ada kebanggaan yang harus kulanjutkan

kebanggaan dari lelaki dalam hidupku