Jumat, 02 Juli 2010

SEORANG BAPAK DENGAN TATO DO'A IBU

Pagi ini kelompokku berjanji akan bimbingan dengan dr. Fitri jam 07.00 wibb, ada 2 VeR yang harus direvisi sebelum diserahkan ke Polisi. Dua VeR itu berisikan kasus kematian seorang laki-laki yang menabrak angkot ketika mengendarai sepeda motor dalam keadaan mabuk, dan seorang wanita paruh baya yang ditemukan mati di dalam sumur di rumah selingkuhannya. Dua kasus yang berbeda dan mengundang perasaan yang berbeda pula.
Di pertengahan bimbingan, tiba-tiba Pak Surahman masuk,
”Dok, ada mayat yang harus diperiksa luar, kalo bisa dikerjakan sekarang dok biar ga busuk.” Katanya dari depan ruangan dokter
“Kalo udah diperiksa, bisa dimandikan dan dimasukkan ke kulkas, karena mayatnya tidak dikenal” lanjutnya lagi.
“Muhun, Pak” jawab dr. Fitri dengan logat sundanya
“Kalo bisa sekarang tolong hubungi teman-temannya atuh...” kata Pak Surahman pada kami, karena memang kami para ko-ass di bagian forensik inilah yang harus melakukan pemeriksaan luar ataupun pemeriksaan dalam alias otopsi atau bedah mayat.
“Iya, Pak” Jawabku.
Sambil teman-teman yang berdatangan, kami tetap bimbingan dengan dr. Fitri karena sekarang posisi kami memang hanya sebagai observer alias OB, jadi ga perlu buru-buru untuk mempersiapkan diri.
Suara di luar ruangan terdengar mulai ramai. Teman-teman ko-ass yang lain mulai berdatangan dan sibuk dengan sarung tangannya. Ternyata ada dua mayat yang harus diperiksa, selain mayat gelandangan yang tidak dikenal tadi, ada satu mayat akibat kecelakaan kereta api. Tapi alhamdulillah, kedua mayat itu hanya perlu pemeriksaan luar saja tanpa pemeriksaan dalam.
“Kita PL dulu ya, nanti revisinya kita lanjutkan lagi.” Kata dr. Fitri yang mengisyaratkan kami untuk bergabung dengan teman-teman lain yang sedang melakukan Pemeriksaan Luar di ruang otopsi.
Aku masuk ke ruang otopsi lengkap dengan atribut praktikku, di dalam terlihat dua mayat yang sudah terbujur dan pasrah pada tindakan pemeriksaan yang dilakukan oleh kami-kami para dokter muda. Hatiku rasanya perih ketika mataku tertuju pada mayat seorang yang katanya gelandangan, berumur sekitar empat puluh tahunan, dengan tangan kanan buntung. Temanku bilang bahwa ditemukan plastik di dalam kantong celananya. Duh...rasanya hati ini sedih nian....seorang pria yang mungkin seusia dengan ayahku sendiri, yang hidup tanpa rumah, dan meninggal pun tidak jelas. Tak ada satu orang pun yang mengaku keluarga, lalu siapa yang akan mengurusi pemakamannya? Siapa yang akan mendoakannya? Terngiang olehku kata-kata Pak Surahman ”Kalo udah dimandikan mau dimasukkan ke kulkas...” Ini berarti bisa jadi mayat bapak tua ini akan dijadikan pelajaran buat kami-kami di fakultas kedokteran. Semoga kalaupun terjadi yang demikian, bisa menjadi amal jariah buat almarhum di alam sana...amin...
Kali ini kenyataan yang ada kembali membuatku bersyukur, betapa banyak nikmat dunia yang bisa kurasakan, bahkan mungkin tak merasa kekurangan. Sangat berbeda dengan bapak itu. Air mataku tertahan di pelupuk mata, dadaku rasanya bergetar pilu, dalam hati kupajatkan doa untuknya, seorang lelaki tua dengan tangan kanan buntung, dan di lengan atas kiri bertatokan ”doa ibu”. Mungkin hati kecilnya sangat berharap akan itu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar